Release Date: 2013 (USA)
Filename: 3gp mp4
Quality: Bluray
Genre:
aksi, sci-fi, fantasi, petualang
Video: ~auto, 15fps
Audio: Amr mp3
Jalan Durasi : 2 jam 14 menit
Dibintangi : Hugh Jackman, Tao Okamoto, Rila Fukushima
Disutradarai Oleh : James Mangold
Bahasa : nipongo dan english
Subtitle : Indonesia
Mungkin popularitasnya belakangan ini mulai terusik oleh beberapa
superhero yang mampu tampil memikat, namun jika berbicara karakter
superhero yang punya karakterisitik yang kuat, serta leadership paling
mumpuni dan memikat, jawabnya adalah Wolverine. Bukan tindakan yang
salah memberikan kesempatan kedua pada Wolverine, namun yang menjadi
pertanyaan adalah apa misi yang diusung oleh Marvel pada The Wolverine,
padahal mereka tahu bahwa empat tahun lalu aksi solo Logan tanpa bantuan
rekan-rekannya secara penuh tidak berakhir manis.
Setelah X-Men: The Last Stand, Logan (Hugh Jackman) memutuskan untuk
menghindar dari segala hiruk pikuk dunia, memilih tinggal disebuah
pegunungan dan menjadi pertapa sembari terus dihantui bayangan masa lalu
kelamnya dalam bentuk mimpi dengan kehadiran wanita yang ia cintai Jean
Grey (Famke Janssen). Namun suatu ketika ia bertemu dengan Yukio (Rila
Fukushima), wanita Jepang berambut merah yang mengemban tugas untuk
membawa Logan ke Tokyo atas permintaan Yashida (Hal Yamanouchi), pria
tua yang pernah Logan selamatkan saat Perang Dunia II, untuk sekedar
mengucapkan salam perpisahan.
Celakanya Logan harus masuk kedalam konflik yang tidak sesederhana yang
ia bayangkan, dimana Yashida ternyata menginginkan sesuatu yang ia
miliki, dengan imbalan hal yang selama ini Logan inginkan. Logan juga
harus masuk kedalam pertarungan memperebutkan tahta yang melibatkan
Yakuza serta Samurai, diminta untuk melindungi cucu perempuan kesayangan
Yashida, Mariko Yashida (Tao Okamoto), yang merupakan calon pewaris
tahta Shingen, sembari terus berupaya untuk lepas dari tekanan batin
yang masih menghantuinya.
Sejak bagian pembuka The Wolverine telah melakukan satu kesuksesan, ia
mampu menjadikan penontonnya untuk sejenak melupakan memori kelam dari
kekacauan yang pernah ia tampilkan empat tahun lalu. Ditengah gempuran
film superhero dengan pattern yang sama, The Wolverine justru mampu
menghadirkan sebuah presentasi yang dapat dikatakan cukup segar. James
Mangold berhasil menjalankan misinya untuk menjadikan film ini terasa
lebih dalam, dimana ia mampu menghadirkan sebuah keseimbangan pada sosok
Wolverine, karakter yang tangguh serta sosok yang sedang berada dalam
penderitaan batin berhasil menarik atensi sama baiknya.
Tampil sederhana dan terkesan bermain aman, mungkin tampak kurang
ambisius, namun keputusan untuk menahan segala kemewahan yang dimiliki
sosok seorang superhero dan lebih memilih bermain dengan materi
bernafaskan personal yang justru menjadikan The Wolverine tampak
menarik, pada awalnya. Konflik emosional yang menjadi nafas utama
dikemas dengan efektif, tidak dibentuk menjadi rumit yang menjadikan
cerita serta karakter mengalami sebuah perkembangan yang harus diakui
bergerak kearah positif. Namun memasukkan sebuah cerita sempit kedalam
ruang bermain yang sangat luas jelas sebuah keputusan yang penuh resiko,
dan film ini menerima dampaknya.
The Wolverine punya cerita yang sederhana, dan berhasil Christopher
McQuarrie, Mark Bomback, dan Scott Frank transfer kedalam script
sederhana yang terasa rapi dan solid dibagian awal. Sayangnya, semakin
jauh ia berjalan kekuatan tersebut perlahan sirna dimana ia mulai tampak
bingung, stuck. Cerita terasa seperti dikebut dengan aksi mondar-mandir
tanpa sebuah tujuan yang menarik, seperti sebuah upaya yang dipaksakan
agar dapat tampil lebih kompleks tapi celakanya tidak disertai dengan
kehadiran materi baru yang mumpuni. Mengecewakan, tanpa kehadiran
shocking moment segala kenikmatan diawal mulai menghilang, dan pada
akhirnya harus berakhir dengan omong kosong yang konyol tanpa klimaks
yang menarik.
Permasalahan utama dari The Wolverine yang begitu mengganggu adalah
sebuah rasa bingung yang ia miliki pada apa identitas utama yang ingin
ia tampilkan. Ada dua buah warna cerita pada film ini, sebuah studi
karakter yang mencoba menggali jauh lebih dalam sosok seorang Logan
dengan berlandaskan materi penyesalan yang ia alami akibat membunuh
wanita yang ia cintai bersama kutukan yang ia miliki, namun dilain sisi
ia seperti mengemban sebuah tekanan besar agar tidak melupakan statusnya
sebagai sebuah film blockbuster, yang berdampak pada banyak sekali
kehadiran materi-materi dangkal dan merusak yang seperti disengaja untuk
menghadirkan sisi teknis yang harus di akui tampil baik.
Nilai minus lainnya adalah The Wolverine terlalu terlena pada apa yang
telah ia hadirkan tanpa mencoba membawa nafas baru kedalam cerita,
sehingga harus menjadikan banyak ruang di durasi 126 menit yang ia
miliki terasa sia-sia. Hanya adegan diatas kereta peluru yang memikat,
dan materi lain diluar itu sulit untuk membekas lama di memori. Camera
works yang menghadirkan beberapa gambar menarik justru tampak seperti
sebuah upaya untuk menjadikan penontonnya terkesan dengan sedikit nuansa
hipnotis berkedok pengalihan dari cerita yang mulai melemah, ketimbang
menjadi bagian untuk memperdalam cerita yang ia tampilkan. Yap, bahkan
kualitas 3D yang ia miliki terasa miskin, tidak memberikan kenikmatan
yang menjadikan ia berbeda dengan versi regular.
Dari jajaran aktor, yang paling berhasil memberikan kejutan adalah Tao
Okamoto, dimana ia tampil memikat sebagai pion yang menuntun karakter
Logan untuk bertumbuh bersama konfliknya. Hugh Jackman jelas tidak perlu
diragukan lagi, ia mampu mengeksekusi dengan baik dua konflik yang ia
miliki secara seimbang. Rika Fukushima berhasil memberikan warna ceria
meskipun bahasa inggris yang ia tampilkan sedikit mengganggu, sedangkan
Famke Janssen memberikan dampak seperti yang dilakukan Tao Okamoto,
namun dalam volume yang lebih kecil. Masalah yang dimiliki The Wolverine
adalah ia tidak punya villain yang mumpuni. Hiroyuki Sanada seperti
kesulitan membangun karakternya, sedangkan Svetlana Khodchenkova (Viper)
dibentuk secara berlebihan padahal tidak diberikan tugas yang mumpuni.
Overall, The Wolverine adalah film yang cukup memuaskan. Walaupun
menghadirkan sebuah kemasan yang bergerak positif dari apa yang
dihasilkan pendahulunya, film ini terasa kurang matang yang tampak lewat
rasa bimbang pada identitas utama yang ingin ia tampilkan. Terkadang
intens, terkadang datar, The Wolverine punya momen fun dan boredom yang
sama besarnya. Ketimbang dilabeli sebagai film superhero yang berdiri
mandiri, The Wolverine lebih layak disebut sebagai upaya lain dari
Marvel untuk memperkuat sosok kunci yang mereka miliki sebagai persiapan
film X-Men berikutnya, tahun depan.
3GP -->
DOWNLOAD DISINI
MP4 -->
DOWNLOAD DISINI